Remote Working, Enak Gak Sih?

img_0232-3
Sejak awal tahun 2018, aku bekerja secara remote, alias aku bekerja tanpa perlu ngantor. Aku bisa bekerja dimana pun aku mau. Lokasi perusahaan tempatku bekerja saat ini berada di Jakarta Selatan, tapi aku bekerja dari Bandung, tanpa kantor. Jam kerjaku bisa dibilang cukup fleksibel, tanpa jam masuk dan jam pulang. Everyone would say, enak banget ih! Hmm, enak dong! Tapi nggak selalu kok, hehehe. Aku akan menuliskan sedikit pengalamanku sebagai remote worker, silahkan nilai sendiri ya 😀

Apa itu remote working?

Kalau diterjemahin, remote working artinya kerja jarak jauh, jadi bekerja tanpa perlu berangkat ke kantor. Di saat perusahaan pada umumnya mewajibkan karyawannya untuk datang setiap hari di jam tertentu (misalnya masuk jam 8 dan pulang jam 4), ada juga perusahaan yang tidak menerapkan hal tersebut. Kantorku salah satunya.

Perusahaan tempatku bekerja menerapkan jam kerja yang fleksibel. Ada karyawan yang memang diharuskan datang ke kantor setiap hari, dan ada juga yang bekerja secara remote sepertiku. Selama pekerjaan selesai dan komunikasi dengan tim serta klien berjalan lancar, that’s it. Ya, memang rata-rata perusahaan yang menerapkan sistem remote berorientasi pada hasil atau result-oriented. Bukan hour-oriented atau terpaku pada jam kerja.

Oh iya, istilah remote working ini hanya menjelaskan gaya bekerja ya, dari segi ngantor atau tidak harus ngantor. Tidak ada hubungannya dengan apa pekerjaannya. It could be any jobs, tapi pada umumnya memang melibatkan pekerjaan-pekerjaan yang hanya membutuhkan laptop dan koneksi internet, contohnya saja penulis, desainer, atau programmer.

Remote working = working from home?

Menurutku, working from home atau kerja dari rumah merupakan salah satu bentuk dari remote working. Tapi, tidak semua pekerja remote bekerja di rumah. Ada juga yang menyewa working space/desk, nomaden di cafe-cafe, dll.

Aku sendiri mengkombinasikan antara bekerja di rumah, menyewa desk, atau ke cafe, tegantung mood. Tempat paling nyaman menurutku saat ini adalah di rumah, tapi kalau sedang bosan, aku biasanya pergi ke luar.

girl-laptop-bed-comic-style-image-top-view-144138601
Kurang lebih sehari-hari aku terlihat seperti ini. Diambil dari https://www.dreamstime.com/

Enak Vs. Gak Enak Bekerja Secara Remote

Apa sih enaknya kerja remote? Banyak!

  • Bisa bekerja dengan waktu yang lebih fleksibel. Pekerja remote bisa memilih untuk bekerja di waktu produktifnya, baik pagi atau malam hari. Ia juga bisa memilih tempat bekerja yang menurutnya paling produktif, baik di rumah, di cafe, atau dimana pun itu. Bahkan aku pernah kerja laptopan di pinggir pantai loh hahaha. Kalau karyawannya lebih produktif, perusahaan juga pastinya makin diuntungkan.
  • Punya waktu untuk fokus dengan diri sendiri. Ini masih nyambung sama poin sebelumnya sih, tapi memang satu hal yang aku rasain adalah ini. Aku jadi bisa melakukan hobiku dengan lebih leluasa, bisa lebih mengkhususkan waktu untuk beribadah, bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga, bisa pergi ke acara-acara di hari kerja (contohnya kuliah terbuka tentang terapi seni yang kutulis sebelumnya), dan banyak hal lainnya yang mungkin sulit dilakukan oleh pekerja kantoran.
  • Gak perlu bertemu banyak orang. Serius deh, less people = less drama. Bagi orang-orang yang sering  malas bersosial, it’s a bliss. Selain itu, lisan jadi lebih terjaga karena frekuensi ghibah banyak berkurang wkwkwk.
  • Hemat ongkos dan hemat waktu (kalo kerja di rumah). Pekerja remote gak perlu mengeluarkan ongkos dan menghabiskan waktu di jalan seperti pekerja kantoran. Belum lagi kalau macet, biasanya sampai di kantor udah capek duluan. Pekerjaanku sebelumnya membuatku menghabiskan 2-3 jam per hari di jalan selama pulang-pergi, dan menghabiskan sekitar seperempat gajiku saat itu untuk bensin serta tol. Boros waktu dan uang banget kan😂 Makanya sekarang kerasa enak banget saat bisa kerja di rumah. Selain itu, jadi gak perlu takut kena matahari dan polusi juga, hihi.
  • Gak perlu dress to impress. Bisa kerja pakai piyama, ngga usah mandi dulu juga gapapa –tapi gak direkomendasikan ya 😀 Gak perlu pusing pilih baju dan gak perlu lama dandan, hemat waktu juga kan jadinya. Bangun tidur buka laptop pun ga akan ada yang komentar tentang penampilanmu. Bisa hemat pengeluaran juga karena gausah sering-sering beli outfit baru untuk ke kantor.
  • Gak ada atasan yang bikin tertekan. Aku orang yang mudah merasa tertekan dengan ekspektasi orang lain, termasuk juga atasan. Nah dengan bekerja secara remote, bekerja jadi terasa lebih menyenangkan karena rasanya lebih bebas. Dan gak perlu pura-pura sibuk kalau memang lagi santai. Selama pekerjaanku berjalan baik, aku bisa sambil menggambar, nonton youtube, tidur siang, atau nulis blog kaya gini tanpa perlu takut dihakimi orang-orang kantor. 😀

Nah sekarang, apa ya yang bikin ngga betah kerja secara remote? Banyak juga!

  • “Waktu fleksibel” yang terkadang malah tricky. Gak ada jam kerja yang baku kadang bisa berarti kerja tanpa ada batas waktu, dan merasa harus “on” 24 jam -termasuk Sabtu dan Minggu- sebagai bentuk kompensasi karena sudah diberikan waktu kerja yang fleksibel. Harus pintar-pintar atur waktu sih intinya.
  • Harus punya self-control yang kuat, or you won’t get anything done. Gak ada atasan yang mengawasi kita, bukan berarti kita bisa leyeh-leyeh seenaknya. Justru artinya kita harus lebih bijak dalam mengatur diri sendiri, karena distraksi dan godaannya banyak banget. Misalnya saja kasur, HP, dan hal-hal lain yang gak ada hubungannya dengan pekerjaan. Ini harus banget bisa dilawan sendiri.
  • Kurang kenal dekat dengan rekan kerja, dan kurang ada sense of belonging tehadap perusahaan. Walaupun komunikasi lewat teks / suara dilakukan setiap hari, rasanya tentu berbeda kan dengan bertatap muka setiap hari. Saat meeting tatap muka bersama tim juga kadang ngga berasa bagian dari tim sepenuhnya, karena memang jarang ketemu.
  • Kadang-kadang kangen suasana kantor. Kangen basa-basi sama rekan kerja juga. Tapi kadang aja sih wkwkwk. Anyway, dibandingkan dulu pas masih ngantor, kayanya aku merasa sekarang social skill-ku menurun, karena memang ga ada teman basa-basi selama kerja.
  • Batas antara “kerja” dan “rumah” menjadi samar. Aku ingat dulu saat aku kerja kantoran, apalagi saat di luar kota, pulang ke rumah adalah salah satu hal yang aku tunggu-tunggu. Rumah adalah tempat istirahat dan pastinya bebas dari beban pekerjaan. Sekarang, kata “rumah” dan “kerja” udah jadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan.
  • Sering disangka “pengangguran”. Kadang masih susah untuk  memberikan pengertian ke orang-orang sekitar, misalnya aja ke orang tua. Kadang diminta untuk anter kesana kesini, karena dianggapnya aku always available. Belum lagi disuruh ini itu karena sekarang udah gak ada bibi yang bantuin di rumah… *eh maap jadi curhat. It’s okay tho, karena kalo ke orang tua mah kan insya Allah berpahala hehehe. Yang suka bikin bingung kalau om-tante-tetangga yang suka nanya, “sekarang kerja apa / dimana?” Kadang suka bingung menjelaskannya gimana secara singkat.
comics-invisible-bread-home-work-625699-676x307
Diambil dari http://www.solid-communications.com/

Kesimpulan

Hal-hal yang aku kemukakan di atas hanya dari sudut pandangku aja yaa, dan mungkin bisa jadi berbeda untuk pekerja remote lain. Misalnya saja, aku ini sekarang memang sedang tidak terlalu suka bersosial makanya aku anggap poin ini adalah poin positif dari bekerja remote, tapi mungkin mereka yang ekstrovert akan menganggap ini poin negatif. Dan seterusnya.

Pada akhirnya, sepertinya memang gak ada pekerjaan yang sempurna, setiap pekerjaan pasti ada bagian enak dan gak enaknya. Selama ada enaknya, jalani dan syukuri aja. Kalau sama sekali gak ada enaknya, mungkin artinya kamu butuh kerjaan baru :’) Bagiku pribadi, selama hampir dua tahun ini aku merasa betah melakukan pekerjaanku sekarang secara remote, dan belum berencana untuk berganti pekerjaan lain dalam waktu dekat.

Sebagai pengingat, apapun pekerjaanmu, ngantor atau remote, purna waktu atau paruh waktu, tetap atau kontrak, sesuai passion atau ngga; jangan sampai lupa meniatkan bahwa kita bekerja sebagai bentuk ibadah yaa. Selamat hari Jumat! 🙂

img_0233-1

6 thoughts on “Remote Working, Enak Gak Sih?

    1. Betuuul, yg mas sebutin itu lah yang bikin aku betah nge-remote hahaha. Semoga betah sama kerjaannya juga yaa, mas Layangseta. (aku tak tahu panggil apa😂)

      Liked by 1 person

  1. sudah hampir dua tahun menikmati kerja rumahan. sisi baiknya, jadi belajar self-control juga. bikin ruang kerja di rumah yang memang bisa bikin mood terjaga. dan self-management juga. ada waktu2 yang memang disediakan untuk istirahat. hasilnya, lumayan menyenangkan.

    tapi, bagian yang masih effort itu bikin tubuh tetap terjaga fit dengan olahraga. seringkali, bangun tidur, bawaannya udah pengen duduk d kamar kerja. padahal, idealnya, olahraga dulu sebelum duduk berjam-jam di ruang kerja.

    Liked by 1 person

    1. Yeayy jadi selama ini masih betah juga kah kerja dari rumah? 😀

      Waduhh iya sama banget mas Yudha, bangun-bangun langsung buka laptop hahaha. Kombinasi malas dan lupa, jadi susah untuk memulai olahraga, sejauh ini biasanya kalau badan udah mulai pegel baru deh stretching2 sendiri😂

      Like

Leave a comment